Senin, 27 Oktober 2008

liputan

Saatnya Seni Merespons Masyarakat

Duta Masyarakat, 27 Oktober 2008)


Sudah saatnya peran seni-budaya, khususnya seni teater, lebih dimaksimalkan. Saatnya seni keluar dari cangkang persoalan ‘seni untuk seni‘ dan bergerak merespons masyarakat penonton.

Itulah spirit yang tertangkap dari pementasan Teater Kelompok Intelektual Asal Lingkungan Jalan Airlangga (Keluarga) di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, Surabaya, Sabtu (25/10) malam.
Malam itu Teater Keluarga membawakan lakon ‘Racun Tembakau‘ karya Anton Chekov. Digawangi sutradara S Jai dan pelakon F Aziz Manna, pergelaran itu seakan merespons perilaku merokok yang saat ini kian tak terkendali.

Pementasan tersebut juga terkesan menanggapi kelahiran aturan baru di Kota Surabaya (Perda KTR-KTM) yang membatasi aktivitas merokok guna melindungi warga.

Cerita berdurasi 60 menit yang disajikan dengan konsep estetik dan artistik model testimoni itu menokohkan Harman dengan kesaksian-kesaksiannya. Utamanya pengakuan Harman yang merasa ditekan kepentingan istrinya. Dalam banyak tuturan yang mirip testimoni itu, Harman bercerita bagaimana ia melakukan tugas-tugas yang mestinya dilakukan sang istri, seperti memasak dan menjaga anak.
Harman menganalogikan istrinya dengan rokok. “Istri saya itu serupa rokok. Pada saat saya hisap, diam-diam dari mulutnya ia menebarkan 4.000 zat beracun untuk dibenamkan di tubuh saya. Sampai suatu saat ia ganti menghisap hidup saya,” ujar Harman, yang diperankan F Aziz Manna, dalam dialognya.

Harman memaknai istrinya layaknya rokok. Demikian sebaliknya, seolah saling mengancam. “Kami membuat Racun Tembakau mengisahkan banyak keburukan dan gangguan kejiwaan untuk mencerahkan diri sendiri,” papar S Jai.

Garapan Teater Keluarga yang ketiga kalinya ini seakan ingin menyuarakan pentingnya hidup bersih di tengah masyarakat. Bukan saja menyangkut rokok, tapi juga pola pikir bermasyarakat.

Pesan yang mirip kampanye ‘Hidup Bersih‘ itu sangat kental di pementasan teater Keluarga. Apalagi, dalam penggarapannya, Teater Keluarga melibatkan orang-orang, komunitas, maupun lembaga yang menjadi kontributor gagasan demi pengutuhan konsep teater.

Di antaranya ada nama Mashuri, Indra Tjahyadi dari Forum Studi Sastra dan Seni Luar Pagar (FS3LP), Center for Religious and Community Studies (CeRCS), mantan aktivis Sardiyoko, dan aktor-aktor dari Teater Gapus. Tak hanya itu, pentas ini juga disokong belasan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Surabaya. (azz)