Kamis, 27 September 2012

buku

Oleh S.JAI

Judul Buku: Feminist Thought, Pengantar Paling Komprehensif kepada Arus Utama Pemikiran Feminis
Penulis : Rosemarie Putnam Tong
Penerjemah : Aquarini Priyatna Prabasmoro
Penerbit : Jalasutra
Cetakan : III 2006
ISBN : 979-3684-23-2




Aquarini Priyatna Prabasmoro selaku penerjemah dalam pengantarnya memberikan catatan bahwa membaca buku Dr Tong ini juga memberikan kesan feminisme sebagai suatu pohon besar yang bercabang-cabang yang setiap cabangnya mempunyai cabang lagi, yang masing-masing menghasilkan bunga.





Namun demikian, meski sebagai peta buku tong in cukup komprehensif, selayaknya buku ini diperlakukan juga sebagai pintu gerbang, dan sebagaimana pintu gerbang, meskipun ia dapat memberikan arah yang harus dituju, untuk mencapai suatu tempat di dalamnya, ia tidak dapat memberikan gambaran yang mendetail suatu titik temu (halaman xvii)




Banyak pemikir yang dirangkum dalam buku yang ditulis oleh seorang profesor Etika Kesehatan di Departemen Filsafat dan Dan Direktur Pusat Terapan Etika Profesinal di University of North Carolina, Charlotte Amerika Serikat. Penulis yang punya reputasi dunia internasional atas kontribusinya terhadap pemikiran feminis dan bioetika. Terlebih penulis ini terjun selaku koordinator International Network on Feminist Approaches to Bioethics, Ketua Committee on the Status of Women for the American Philosophical Association dan anggota executive board member of the Association for Practical and Professional Ethics. Di antara sekian banyak publikasi yang lain yaitu New Perspectives in Health Care Ethics: An Interdisciplinary and Cross-Cultural Approach (2006) and Feminist Approaches to Bioethics (Westview Press).




Melalui pendahuluan edisi terbarunya ini, Dr Rosemarie Putnam Tong kembali mempertegas, bahwa sebagian besar para pemikir feminis jelas meresistensi (melawan) kategori-kategorisasi utamanya dari para “bapak” pemikir sebelumnya. Sebab menurutnya, bila tanpa ada resistensi, maka adalah tragedi pemikiran feminisme. Ia mencontohkan tidaklah menguntungkan bila feminisme liberal hanyalah variasi dari pemikiran John Stuart Mill, atau feminisme Marxis-sosialis hanya perbaikan dari tulisan Marx dan Angels. Pemikiran feminisme menurutnya harus melepaskan label-label tersebut.




Pemikiran feminisme harus mampu mengungkapkan komitmen intelektual dan politisnya sendiri terhadap perempuan (halaman 2). Namun ia mengakui dasar pikirannya, liberalisme adalah tempat yang tepat untuk memulai survei pemikiran feminis, karena sebagian besar teori feminis kontemporer mendefinisikan diri sebagai reaksi terhadap feminisme liberal-tradisional.




Berdasarkan landasan-landasan itulah melalui buku ini, Dr Tong berusaha mencoba untuk membahas kelemahan-kelemahan dan juga kekuatan dari setiap prespektif feminis yang ditampilkan di sini. “Dengan melakukan hal itu, saya lebih cenderung untuk menjaga rasa hormatsaya dari pada netralitas saya terhadap setiap pemikiran feminis, karena setiap pendekatan pemikiran itu telah memberikan kontribusi yang kaya dan bertahan lama terhadap pemikiran feminis secara keseluruhan.” (halaman 12)




Oleh sebab itu berkait erat dengan rasa hormat dan netralitas, pribadi penulis, dalam bab penutupnya pada bahasan pinggiran dan pusat, secara eksplisit Dr Tong menegaskan semacam kesimpulan bahwa buku yang disusunnya ini adalah untuk menggarisbawahi beberapa prespektif utama pemikiran feminis, tanpa memberikan alasan-alasan tertentu untuk cenderung kepada satu prespektif feminis atas yang lain. Namun secara pribadi ia menganggap bahwa feminisme sosialis sebagai bentuk feminisme yang paling inklusif karena feminisme sosialis menunjukkan bagaimana kekuatan seksisme dan kelasisme saling terkait dalam patriarkhi kapitalis, dan bagaimana status sosial perempuan ditentukan oleh peran reproduktif dan produktifnya (halaman 405).




Adapun pelbagai prespektif tersebut yang dijabarkan dalam bab-bab pada buku ini yang dimaksudkan oleh penulis adalah meliputi pembahasan, (1) Feminisme Liberal, dari Abad ke-19 hingga 20, mencakup ulasan pemikiran Mary Wollstonecraft, John Stuart Mill dan Harriet Taylor Mill, hingga Betty Friedan dan Jean Bethke Elshtain. (2 ) Feminisme Radikal, mencakup perspektif Feminis Radikal-Kultural dan Feminis Radikal-Libertarian, mulai dari Kate Millet, Shulamith Firestone, Marilyn French, Mary Daly, dan Marge Piercy. (3) Feminisme Marxis dan Sosialis, mencakup pembahasan pemikiran Marx-Engels hingga perkembangan kontemporernya oleh Iris Young dan Alison Jaggar (4) Feminisme Psikoanalisis dan Gender, mencakup pemikiran Sigmund Freud hingga pengembangan feminisnya oleh Dorothy Dinnerstein, Nancy Chodorow, Juliet Mitchell, Carol Gilligan dan Nel Noddings (5) Feminisme Eksistensialis, mencakup pembahasan tentang Being and Nothingness karya Jean-Paul Sartre dan The Second Sex karya Simone de Beauvoir serta perkembangan kontemporernya dalam pemikiran feminis. (6) Feminisme Posmodern, mencakup pembahasan pemikiran Jacques Derrida dan Jacques Lacan yang menjadi dasarnya serta pemikiran Helene Cixous, Luce lrigaray, dan Julia Kristeva. (7) Feminisme Multikultural dan Global, mencakup ulasan berbagai akar perkembangan pemikirannya di Negara Dunia Kesatu dan Negara Dunia Ketiga. (8) Ekofeminisme, mencakup ulasan akar perkembangannya serta pembahasan pemikiran Starhawk, Maria Mies dan Vandana Shiva.




SEMULA buku ini dalam edisi aslinya terbit pada 1990. Lalu demi mempertimbangkan kelengkapan (komprehensif) delapan tahun kemudian diterbitkan lagi dan diberi pengantar oleh penulisnya Dr Rosemarie Putnam Tong pada 1998.  Oleh sebab itu kelengkapan buku ini sebagai sebuah peta atau kaleidoskop pemikiran feminisme sepanjang zaman telah dijamin sendiri oleh penulisnya. Terjemahan ini ke dalam bahasa Indonesia didasarkan pada edisi tahun 1998 yang disertai referensi yang mendetail dan data yang kaya. Catatan kaki dan indeks dalam buku ini mencapai 91 halaman dari total 500 halaman buku.

Sebagaimana ditulis Dr Tong sendiri bahwa karena pemikiran feminis bersifat kaleidoskopik, maka tanpa panduan yang komprehensif siapa pun akan rentan untuk terbingungkan dalam carut-marut pemikirannya. Pengamatan yang lebih dekat, akan selalu memunculkan pandangan yang baru, struktur yang baru, hubungan yang baru bagi kehidupan personal dan politis, kesemuanya akan berbeda esok hari dari hari ini. Menurutnya, yang paling ia hargai dari pemikiran feminis adalah meskipun pemikiran itu mempunyai awal, pemikiran feminis tidak mempunyai akhir, sehingga memungkinkan setiap perempuan untuk berpikir dengan pemikirannya sendiri. []