Oleh S.JAI
Penulis : Rosemarie Putnam Tong
Penerjemah : Aquarini Priyatna Prabasmoro
Penerbit : Jalasutra
Cetakan : III 2006
ISBN : 979-3684-23-2
Aquarini Priyatna Prabasmoro selaku penerjemah dalam pengantarnya memberikan
catatan bahwa membaca buku Dr Tong ini juga memberikan kesan feminisme sebagai
suatu pohon besar yang bercabang-cabang yang setiap cabangnya mempunyai cabang
lagi, yang masing-masing menghasilkan bunga.
Namun demikian, meski sebagai peta
buku tong in cukup komprehensif, selayaknya buku ini diperlakukan juga sebagai
pintu gerbang, dan sebagaimana pintu gerbang, meskipun ia dapat memberikan arah
yang harus dituju, untuk mencapai suatu tempat di dalamnya, ia tidak dapat
memberikan gambaran yang mendetail suatu titik temu (halaman xvii)
Banyak pemikir yang dirangkum dalam
buku yang ditulis oleh seorang profesor Etika Kesehatan di Departemen Filsafat
dan Dan Direktur Pusat Terapan Etika Profesinal di University of North
Carolina, Charlotte Amerika Serikat. Penulis yang punya reputasi dunia
internasional atas kontribusinya terhadap pemikiran feminis dan bioetika.
Terlebih penulis ini terjun selaku koordinator International Network on
Feminist Approaches to Bioethics, Ketua Committee on the Status of
Women for the American Philosophical Association dan anggota executive
board member of the Association for Practical and Professional Ethics. Di
antara sekian banyak publikasi yang lain yaitu New Perspectives in Health Care
Ethics: An Interdisciplinary and Cross-Cultural Approach (2006) and Feminist
Approaches to Bioethics (Westview Press).
Melalui pendahuluan edisi terbarunya
ini, Dr Rosemarie Putnam Tong kembali mempertegas, bahwa sebagian besar para
pemikir feminis jelas meresistensi (melawan) kategori-kategorisasi utamanya
dari para “bapak” pemikir sebelumnya. Sebab menurutnya, bila tanpa ada
resistensi, maka adalah tragedi pemikiran feminisme. Ia mencontohkan tidaklah
menguntungkan bila feminisme liberal hanyalah variasi dari pemikiran John
Stuart Mill, atau feminisme Marxis-sosialis hanya perbaikan dari tulisan Marx
dan Angels. Pemikiran feminisme menurutnya harus melepaskan label-label tersebut.
Pemikiran feminisme harus mampu
mengungkapkan komitmen intelektual dan politisnya sendiri terhadap perempuan (halaman
2). Namun ia mengakui dasar pikirannya, liberalisme adalah tempat yang
tepat untuk memulai survei pemikiran feminis, karena sebagian besar teori
feminis kontemporer mendefinisikan diri sebagai reaksi terhadap feminisme
liberal-tradisional.
Berdasarkan landasan-landasan itulah melalui buku ini, Dr Tong berusaha mencoba
untuk membahas kelemahan-kelemahan dan juga kekuatan dari setiap prespektif
feminis yang ditampilkan di sini. “Dengan melakukan hal itu, saya lebih
cenderung untuk menjaga rasa hormatsaya dari pada netralitas saya
terhadap setiap pemikiran feminis, karena setiap pendekatan pemikiran itu telah
memberikan kontribusi yang kaya dan bertahan lama terhadap pemikiran feminis
secara keseluruhan.” (halaman 12)
Oleh sebab itu berkait erat dengan
rasa hormat dan netralitas, pribadi penulis, dalam bab penutupnya pada bahasan
pinggiran dan pusat, secara eksplisit Dr Tong menegaskan semacam kesimpulan
bahwa buku yang disusunnya ini adalah untuk menggarisbawahi beberapa prespektif
utama pemikiran feminis, tanpa memberikan alasan-alasan tertentu untuk
cenderung kepada satu prespektif feminis atas yang lain. Namun secara pribadi
ia menganggap bahwa feminisme sosialis sebagai bentuk feminisme yang paling
inklusif karena feminisme sosialis menunjukkan bagaimana kekuatan seksisme dan
kelasisme saling terkait dalam patriarkhi kapitalis, dan bagaimana status
sosial perempuan ditentukan oleh peran reproduktif dan produktifnya (halaman
405).
Adapun pelbagai prespektif tersebut
yang dijabarkan dalam bab-bab pada buku ini yang dimaksudkan oleh penulis
adalah meliputi pembahasan, (1) Feminisme Liberal, dari Abad ke-19
hingga 20, mencakup ulasan pemikiran Mary Wollstonecraft, John Stuart Mill dan
Harriet Taylor Mill, hingga Betty Friedan dan Jean Bethke Elshtain. (2 ) Feminisme
Radikal, mencakup perspektif Feminis Radikal-Kultural dan Feminis
Radikal-Libertarian, mulai dari Kate Millet, Shulamith Firestone, Marilyn
French, Mary Daly, dan Marge Piercy. (3) Feminisme Marxis dan Sosialis,
mencakup pembahasan pemikiran Marx-Engels hingga perkembangan kontemporernya
oleh Iris Young dan Alison Jaggar (4) Feminisme Psikoanalisis dan
Gender, mencakup pemikiran Sigmund Freud hingga pengembangan feminisnya
oleh Dorothy Dinnerstein, Nancy Chodorow, Juliet Mitchell, Carol Gilligan dan
Nel Noddings (5) Feminisme Eksistensialis, mencakup pembahasan
tentang Being and Nothingness karya Jean-Paul Sartre dan The Second Sex karya
Simone de Beauvoir serta perkembangan kontemporernya dalam pemikiran feminis.
(6) Feminisme Posmodern, mencakup pembahasan pemikiran Jacques
Derrida dan Jacques Lacan yang menjadi dasarnya serta pemikiran Helene Cixous,
Luce lrigaray, dan Julia Kristeva. (7) Feminisme Multikultural dan
Global, mencakup ulasan berbagai akar perkembangan pemikirannya di Negara
Dunia Kesatu dan Negara Dunia Ketiga. (8) Ekofeminisme, mencakup
ulasan akar perkembangannya serta pembahasan pemikiran Starhawk, Maria Mies dan
Vandana Shiva.
SEMULA buku ini dalam edisi aslinya
terbit pada 1990. Lalu demi mempertimbangkan kelengkapan (komprehensif) delapan
tahun kemudian diterbitkan lagi dan diberi pengantar oleh penulisnya Dr
Rosemarie Putnam Tong pada 1998. Oleh
sebab itu kelengkapan buku ini sebagai sebuah peta atau kaleidoskop pemikiran
feminisme sepanjang zaman telah dijamin sendiri oleh penulisnya. Terjemahan ini
ke dalam bahasa Indonesia didasarkan pada edisi tahun 1998 yang disertai
referensi yang mendetail dan data yang kaya. Catatan kaki dan indeks dalam buku
ini mencapai 91 halaman dari total 500 halaman buku.
Sebagaimana ditulis Dr Tong sendiri
bahwa karena pemikiran feminis bersifat kaleidoskopik, maka tanpa panduan yang
komprehensif siapa pun akan rentan untuk terbingungkan dalam carut-marut
pemikirannya. Pengamatan yang lebih dekat, akan selalu memunculkan pandangan
yang baru, struktur yang baru, hubungan yang baru bagi kehidupan personal dan
politis, kesemuanya akan berbeda esok hari dari hari ini. Menurutnya, yang
paling ia hargai dari pemikiran feminis adalah meskipun pemikiran itu mempunyai
awal, pemikiran feminis tidak mempunyai akhir, sehingga memungkinkan setiap
perempuan untuk berpikir dengan pemikirannya sendiri. []